Rabu, 13 April 2016

Advantage and Disadvantage of Social Media




            Social media such as Facebook, Instragram, Twitter, Telegram,Whatsap etc is most popular now. Hardly does anyone use Social Media today, particularly the teenager. Surely, technology have taken much attention many people in over the world. Not only the teenager utilize it, but also adult.
            The development of social media is higher and higher. As a moeslim, especially moeslim teenager, we should aware that every activity will be questioned in hereafter without exception, including how we behave in daily social media, how is our behavior in communicating with others in social media, how much time we spend in social media, whether we fill in our day more in social media than in worshiping to Allah like reciting the Qur’an, memorizing Qur’an and Hadist and other good deeds. All about our activity will be questioned and asked by Allah.

Sabtu, 06 Februari 2016

Bunda, Dengarkan Ceritaku



Untuk kesekian kalinya kisahmu membuatku terpesona. Meski diulang berkali-kali, tak kudapati rasa jenuh bagi telingaku untuk menyimaknya dalam-dalam. Meski dibaca untuk kesekian kali, tak kudapati rasa lelah mataku untuk menyusuri bait-bait ceritamu. Karena kekuatan imanmu, kebaikan akhlakmu, kelembutan dan ketegaranmu, semuanya memesona dan mencahaya. Hingga jiwaku rindu untuk bisa berjumpa dan bertatap denganmu di syurga-Nya.

Jumat, 22 Januari 2016

Membeku dalam Rindu



Aku rindu.
Rindu duduk bercerita denganmu.
Tentang silsilah keluarga kakek dan nenek
Tentang pahit manis perjuangan kehidupan masa lalumu
Tentang berbagai sejarah yang kau tahu

Kamis, 14 Januari 2016

Tawakal Yang Utuh


Tawakal  Yang Utuh
            “Setelah selesai satu fase, maka kita akan berhadapan dengan fase berikutnya. Di setiap fase kita pasti akan menemukan masalah dan tantangan yang berbeda, akan menemukan kekhawatiran demi kekhwatiran atas sebuah ketidakpastian. Tugas kita adalah berusaha menjadi yang tertangguh dalam menghadapi setiap  tantangan dan masalah yang menyapa.”

Sabtu, 02 Januari 2016

Langit, Sketsa Kehidupan


          
“Aku suka langit, Kak”, kataku padanya suatu hari.
“Kenapa?”, Tanyanya.
“Karena langit selalu memotivasi dan menginsiprasi,”jawabku.”
         Ia tertawa. Mungkin terdengar seperti lebay banget. Tapi ini adalah caraku memaknai salah satu kesempurnaan ciptaan-Nya yang kita sebut langit.  
“Aku rindu melihat langit, Kak. Aku ingin menatap senja”, ungkapku padanya hari itu. Hingga ia pun mengajakku ke sebuah taman. Ini perjalanan kesekian yang membuatku selalu terpesona dengan langit.  Tidak pernah ada rasa jenuh untukku memandangnya sepanjang hari-hari yang kulewati. Apalagi saat ada luka yang menghampiri jiwa. Entah itu karena impianku yang gagal, atau dompetku yang mengering.  Alasan apapun itu, menatap langit selalu membuatku tersenyum kembali. Ya, hamparan langit yang begitu luas seakan sedang memberi isyarat kepadaku bahwa kehidupan ini tidak sesempit dan sesesak dadaku memandang hidup. Ada banyak sisi yang harus dipandang untuk kembali meraih kebahagian sejati.

Memesona dalam Taat


 
Adalah Musa As, seorang lelaki gagah utusan Allah yang kisahnya sangat menyejarah. Diutus Allah di kota Mesir untuk berdakwah melawan Ayah angkatnya sendiri yang mengaku sebagai tuhan. Si pembangkang yang hidupnya penuh dalam kesombongan,  Fir’aun.
Musa As tetaplah manusia yang juga memiliki kekurangan. Ia tak pandai beretorika. Lisannya gagap. Tatkala diperintahkan Allah untuk menyampaikan kebenaran kepada Fir’aun, Musa merasa gugup dan khawatir dengan ketidakmampuannya dalam beretorika. Hingga ia berdoa untuk kelancaran lisannya yang gagap kepada Sang Pemberi Kemudahan, doa yang diabadikan dalam Al-Qur’an Surat Taha ayat 25-28. Taat akan titah Tuhan meski dalam keterbatasan kemampuan, itulah yang Musa As contohkan.

Sahabat Syurga



            Teringat kisah Rasulullah Saw saat berpisah dengan istrinya Khadija r.a dan pamannya Abu Thalib. Perpisahan yang disebut dalam sejarah dengan istilah ‘umul huzni (tahun kesedihan). Perpisahan ini membuat Rasulullah merasakan kesedihan yang mendalam. Betapa tidak, dua kekasihnya sekaligus sahabat penguat imannya telah pergi untuk selama-lamanya.  Khadijah di panggil kepangkuan Allah swt lebih awal dari pamannya Abu Thalib. Tidak berjarak lama, dua kekasih Rasulullah ini memulai kehidupan yang sebenarnya yaitu akhirat. Hingga kemudian terjadinya sebuah peristiwa besar setelah kepergian dua kekasih Rasulullah Saw ini yaitu Isra’ Mi’raj. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Isra’ Mi’raj terjadi untuk menghibur hati Rasulullah Saw dengan memperlihat kekuasan-Nya dan mempertemukan beliau dengan Allah  Swt.